sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menengok Sektor Industri China di Q2-2024 dan Dampaknya buat Ekspor RI

Economics editor Maulina Ulfa
30/04/2024 12:04 WIB
Perekonomian China masih berjuang melanjutkan pemulihan hingga berakhirnya kuartal-I 2024.
Menengok Sektor Industri China di Q2-2024 dan Dampaknya buat Ekspor RI. (Foto: MNC Media)
Menengok Sektor Industri China di Q2-2024 dan Dampaknya buat Ekspor RI. (Foto: MNC Media)

Angka ini anjlok lebih dalam, yakni turun hingga 21,20 persen jika dibandingkan dengan kuartal IV-2023.

Melansir Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pada periode Januari-Maret 2024 ke China minus USD3,09 miliar, sedangkan pada Januari-Maret 2023 sebesar USD910 juta.

Sementara itu, pada Maret 2024, nilai ekspor Indonesia ke China sebesar USD4,75 miliar, atau naik dibanding Februari 2024 sebesar USD4,06 miliar.

Namun, jika ditengok setahun lalu, angkanya masih lebih rendah dibanding Maret 2023 yang sebesar USD5,67 miliar.

China hingga Maret 2024 masih menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia dengan porsi mencapai 22,44 persen dari total ekspor. 

Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca dagang dengan China di 2023. Nilainya mencapai USD2,06 miliar. Sementara sepanjang Januari-Februari 2024, neraca dagang RI-China masih defisit mencapai USD3,1 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sejumlah komoditas andalan Indonesia yang mengalami penurunan ekspor ke China di antaranya, batu bara, minyak mentah kelapa sawit atau CPO, serta besi dan baja.

"Komoditas yang dorong penurunan ekspor non migas Indonesia ke China antara lain bahan bakar mineral, terutama batu bara HS 27, minyak dan lemak hewan nabati terutama CPO HS 15, dan besi baja HS 72," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers bulanan BPS, Senin (22/4).

Lambatnya ekspor batu bara ini juga menjadi anomali di saat China dilaporkan meningkatkan pembelian energi fosil ini.

Sebelumnya, Reuters melaporkan China dan India meningkatkan impor batu bara termal yang diangkut melalui laut ke level tertinggi dalam tiga bulan pada Maret 2024.

Ini karena dua pembeli batu bara terbesar dunia tersebut memanfaatkan harga bahan bakar internasional yang lebih rendah untuk memenuhi permintaan listrik dalam negeri yang kuat.

China, produsen dan importir batu bara terbesar di dunia, mencatat kedatangan batu bara termal melalui laut sebesar 29,7 juta metrik ton pada Maret, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.

Jumlah ini naik dari 23,03 juta ton pada Februari dan juga lebih tinggi dibandingkan 28,62 juta ton pada Maret 2023.

Pada kuartal I-2024, impor batu bara China yang digunakan terutama untuk menghasilkan listrik melalui jalur laut mencapai 80,64 juta ton, naik 17,2 persen dari 68,82 juta ton pada periode yang sama 2023.

Artinya, China tak membeli banyak batu bara dari Indonesia.

Sekarang, di tengah menguatnya aktivitas pabrik di China diharapkan kondisi ini berdampak pada ekspor Indonesia ke depan.

Terutama dari sisi bahan baku berbasis sumber daya alam lainya batu bara hingga hasil tambang yang masih memainkan perang penting neraca perdagangan dalam negeri. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement