sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mengenal Qatar, Negeri Kaya Gas Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
21/11/2022 15:18 WIB
Inflasi Qatar berada di level 6,03% pada September 2022 dan menjadi yang tertinggi sejak Desember lalu.
Mengenal Qatar, Negeri Kaya Gas Tuan Rumah Piala Dunia 2022. (Foto: MNC Media)
Mengenal Qatar, Negeri Kaya Gas Tuan Rumah Piala Dunia 2022. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Piala Dunia 2022 telah dibuka pada Minggu malam (20/11) dengan pertandingan perdana antara Qatar versus Ekuador. Pertandingan ditutup dengan kemenangan Ekuador atas tuan rumah dengan skor 0-2.

Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 melalui serangkaian proses yang dinamis. Bahkan menimbulkan pro-kontra bagi penggemar sepak bola. Mengingat, Piala Dunia kali ini digelar di negara Timur Tengah untuk pertama kalinya dan di Asia untuk kedua kalinya.

Qatar sebagai negara memiliki keunggulan di sektor ekonomi hingga pariwisata. Namun, negara Arab Teluk ini unggul dibidang komoditas terutama minyak dan gas.

Berkat sumber daya alam ini, Qatar menjadi salah satu negara terkaya di dunia.

Produk Domestik Bruto (PDB) di Qatar bernilai USD179,57 miliar pada tahun 2021, menurut data resmi dari Bank Dunia. Nilai PDB Qatar mewakili 0,02% dari ekonomi dunia.

PDB per kapita Qatar saat ini mencatat pertumbuhan tertinggi yang memecahkan rekor dunia sebesar 1.156% dibanding tahun 70-an. Nilainya mencapai USD55.920 per penduduk Qatar.

Adapun menurut data Trading Economics, perekonomian Qatar naik 6,3% year-on-year (YoY) pada kuartal kedua tahun 2022. (Lihat tabel di bawah ini.)

Angka ini menyusul pertumbuhan 2,5% pada periode tiga bulan sebelumnya. Itu adalah ekspansi setelah resesi yang disebabkan pandemi, dan laju terkuat dalam pertumbuhan PDB sejak kuartal pertama 2012, terutama ditopang sektor non-pertambangan dan penggalian sebesar 9,7%.

Pada saat yang sama, kegiatan pertambangan dan penggalian juga meningkat sebesar 1,2%. Kontribusi positif utama berasal dari transportasi & penyimpanan sebesar 19,6%, konstruksi 18,9%, perdagangan besar dan eceran, reparasi kendaraan bermotor dan sepeda motor sebesar 20,3%, dan kegiatan real estate 10,6%.

Secara triwulanan, PDB tumbuh sebesar 3,6% dan merupakan ekspansi pertama dalam PDB sejak triwulan ketiga 2021.

Adapun inflasi tahunan Qatar juga tercatat meningkat selama tujuh bulan berturut-turut di tahun ini. Inflasi berada di level 6,03% pada September 2022 dan menjadi yang tertinggi sejak Desember lalu.

Tekanan inflasi ini terutama berasal dari sektor pariwisata dan budaya sebesar 35,59% dibandingkan 27,88% di bulan Agustus. Penyumbang inflasi kedua adalah sektor perumahan dan utilitas mencapai 10,65% dibanding bulan sebelumnya 8,75%).

Di sisi lain, inflasi harga makanan dan minuman justru melambat 4,06% dibanding bulan sebelumnya sebesar 5,77% dan untuk transportasi mengalami kontraksi menjadi minus 0,40%  dibanding bulan sebelumnya 3,20%.

Ini menjadi kabar kurang sedap bagi para penonton yang ingin merasakan sensasi Piala Dunia secara langsung. Pasalnya, bisa jadi biaya liburan di Qatar juga akan semakin membengkak.

Penghasil Gas Alam Terbesar

Sama seperti tipikal negara arab lainnya, Qatar diberkahi dengan sumberdaya alam melimpah berupa minyak dan gas (migas).

Sebelum adanya oil boom, Qatar adalah negara miskin yang mengandalkan sektor hasil laut berupa mutiara. Negara ini memulai eksplorasi ladang migas dimulai pada tahun 1939.

Hingga pada tahun 1973, produksi dan pendapatan minyak Qatar meningkat secara dramatis. Qatar seolah ‘ketiban durian runtuh’ dari sebelumnya sebagai negara termiskin di dunia berubah menjadi salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia.

Qatar juga menjadi anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC.

Produksi minyak Qatar tumbuh pesat antara tahun 2001 hingga 2012, dengan produksi mencapai 1,82 juta barel per hari(BOPD) pada 2021. Sementara setahun sebelumnya, volume produksi hanya sebesar 294 ribu BOPD.

Menurut BP Statistical Review of World Energy 2022, konsumsi energi primer di Qatar pada tahun 2021 adalah 1,93 exajoule dan didominasi oleh gas alam sebesar 74,6% dan diikuti oleh minyak sebesar 25,4%.

Menurut cadangan terbukti migas, negara ini masing-masing menduduki peringkat 13 untuk minyak dan peringkat 3 dunia untuk gas alam.

Menurut data tahun 2021, cadangan minyak terbukti di Qatar sebesar 13,8% dan gas alam 86,2%.

Pada 2021 cadangan minyak terbukti di Qatar adalah 25,2 miliar barel. Pada tingkat produksi saat ini, cadangan minyak di Qatar dapat bertahan selama 30 tahun lagi.

Sementara cadangan gas alam terbukti pada 2021 adalah 23,86 hingga 24,7 triliun kaki kubik (Tcm). Cadangan gas alam ini dapat bertahan selama 140 tahun.

Produksi dan konsumsi gas bumi Qatar juga dilaporkan terus meningkat dari 2019 hingga 2021, masing-masing sebesar 5914 Bcf dan 1331 Bcf.

Menurut BP Statistical Review of World Energy 2022, produksi gas Qatar 2021 mencapai 177 Miliar meter kubik (Bcm), sedangkan konsumsinya sebesar 40 Bcm.

Sementara menurut OPEC, pada tahun 2017, volume produksi gas alam Qatar sebesar 163,6 Bcm, dan menyumbang hampir 79% untuk ekspor sebesar 128,6 Bcm.

Berdasarkan indikator ini, Qatar merupakan eksportir gas alam (LNG) terbesar kedua di dunia setelah Rusia, dan eksportir LNG terbesar dunia sejak tahun 2006. Ekspor LNG dari Qatar ini mencakup pasar Asia sebesar 72% dan Eropa 23%.

Hubungan Dagang Dengan RI

Mengutip laman Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Qatar dibuka pada tahun 1976. Qatar membuka Kedutaan Besar di Jakarta pada bulan November 1997, sedangkan Indonesia membuka KBRI di Doha pada tanggal 22 Juni 1999.

Sejak terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Qatar, kedua belah pihak saling melakukan kunjungan kenegaraan secara rutin. Kunjungan antar dua negara ini diawali oleh kunjungan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad Bin Jassem Bin Jabor Al-Thani pada tahun 1995. Kunjungan tersebut dibalas oleh Menteri Luar Negeri Indonesia pada masa itu, Ali Alatas.

Indonesia dan Qatar juga aktif berpartisipasi dalam konferensi dan pertemuan Internasional yang melibatkan dua negara. Indonesia juga berpartisipasi dalam konferensi dan pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Qatar 11-14 November 2000 yang diwakili oleh Presiden Abdurrahman Wahid.

Secara statistik, selama periode 2017-2021, volume perdagangan RI-Qatar secara umum turun 5,54%. Perdagangan dengan Qatar tertinggi tercatat di tahun 2018, yaitu USD1,5 miliar, dengan nilai defisit di pihak Indonesia mencapai USD1,32 miliar.

Namun, tren ekspor RI ke Qatar cenderung naik 32,8%. Ekspor RI ke Qatar tertinggi terjadi di tahun 2021 mencapai USD217,18 juta. Titik terendah defisit juga terjadi di tahun 2021, yaitu USD458,59 juta dengan kondisi trade balance cenderung naik 17,7%.

Pada 2018, Qatar Investment Authority dan pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama untuk mengembangkan potensi pariwisata Pulau Lombok, khususnya di kawasan Mandalika, dengan nilai investasi sebesar USD500 juta.

Belum lama ini, Indonesia disebut berhasil membukukan potensi transaksi sebesar Rp23,2 miliar pada misi dagang ke Qatar yang dipimpin Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.

Potensi transaksi tersebut berhasil dicatatkan saat sesi penjajakan kesepakatan dagang (business matching) yang dihelat di Doha, Senin (10/10/2022). (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement