IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk mulai menggunakan energi bersih dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan. Hal ini sebagai bentuk adaptasi terhadap tren masyarakat dunia yang bergeser ke arah energi bersih.
Permintaan Arifin disampaikan langsung kepada Presiden Direktur PTFI Tony Wenas, dalam kunjungannya yang didampingi Ketua DPR RI Puan Maharani pada Sabtu (9/11/2023).
"Sekarang negara-negara dunia sudah mulai mengangkat isu carbon mechanism cross border. Jadi kalau barang-barang yang cross border itu basic industrinya mempunyai carbon content yang tinggi, maka akan dikenakan pajak. Singapura sudah mulai dengan USD5 dan diperkirakan tax-nya di tahun 2050 itu sebesar USD50," jelas Arifin melalui siaran pers Kementerian ESDM, Senin (11/12/2023).
Kebijakan negara-negara tersebut, sambung Arifin, harus segera diantisipasi perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya PTFI. Hal tersebut agar tidak dirugikan dengan pengenaan pajak tinggi terhadap produk yang dihasilkan karena memiliki konten karbon tinggi dari produknya.
"Makanya saya bilang ke Tony (Presiden Direktur PTFI) energi yang dipakai untuk mendukung ini (pertambangan di PTFI) harus segera dipikirkan untuk menggunakan energi bersih," sambung Arifin.
Lebih lanjut Arifin mengatakan, sumber-sumber energi bersih sangat banyak tersedia di Indonesia, misalnya energi bayu (angin) yang potensi mencapai 500 gigawatt (GW) dan menjadi modal untuk dapat diutilisasi.
"Potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia sangat besar, misalnya saja untuk energi angin, menurut survei perusahaan dari negara lain mengatakan potensinya hingga mencapai 500 GW, terutama yang berada di ketinggian 140 meter. Kalau memang yang di bawah-bawah itu kecil seperti pantai pangandaran-merauke, itu kecil," kata Arifin.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyambut baik permintaan Menteri ESDM untuk mulai menggunakan energi bersih yang rendah emisi dalam kegiatan pertambangannya.
"PTFI berkomitmen untuk mengurangi intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30% di tahun 2030. Pada tahun 2021, pengurangan emisi GRK pada kegiatan operasi kami mencapai 22% (dibandingkan 2018). Sebagian besar dikarenakan transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, dimana kami menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah," ujar Tony.
Tony menambahkan, PTFI juga saat ini sedang mengembangkan PLTMG atau pembangkit listrik bahan bakar minyak dan gas. PLTMG tersebut akan memiliki kapasitas 168MW, dan diharapkan beroperasi tahun depan.