Maka, lanjut Teten, koperasi bisa mengkonsolidasi usaha-usaha kecil tersebut menjadi skala ekonomi. "Kami sudah memiliki kajian terhadap produk buah pisang yang memiliki pangsa pasar bagus di luar negeri. Dimana untuk masuk skala ekonomi, harus berlahan paling sedikit 400 hektar," ujar Teten lagi.
Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng Offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. "Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya. Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap Offtaker. Ini model bisnis yang sedang kita bangun," paparnya.
Teten juga merujuk warung-warung milik rakyat takkan bisa melawan jaringan ritel moderen. Usahanya pun tidak akan berkembang. "Koperasi bisa mengkonsolidasi warung-warung tersebut dengan membangun semacam pusat distribusi," ucap dia.
Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya. "Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah. Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi," tegas Teten.
Bagi Teten, sudah saatnya mengubah pola Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi, sehingga produk-produk UMKM bisa masuk rantai pasok global. "Disini, UMKM bisa terintegrasi melalui koperasi," kata Teten.