Risiko kedua saat ini adalah lonjakan harga minyak, gas alam dan batubara. Kenaikan harga energi dapatmenyebabkan inflasi yang lebih luas jika perusahaan meneruskan biaya bahan bakar yang lebih tinggi kepada konsumen dengan menaikkan harga barang dan jasa.
"Investor dengan demikian mencermati bagaimana bank sentral merespon dampak dari guncangan minyak," papar dia. Jika pembuat kebijakan pada ekonomi pengimpor energi memutuskan untuk menaikkan suku bunga dengan cepat untuk mengurangi tekanan inflasi, maka aset berisiko cenderung tertekan.
Risiko ketiga adalah kasus baru yang terus muncul. Namun, dampak pandemi terhadap aktivitas ekonomi jauh lebih sedikit dibandingkan dua gelombang pertama tahun 2020 dan penyebaran varian delta selama musim panas 2021.
(SANDY)