Dana investasi pensiunan perseroan negara itu memang tercatat defisit alias minus Rp9,8 triliun. Defisit tersebut lantaran 65 persen BUMN tidak mengelola dapennya secara baik dan tidak transparan. Sementara, 35 persen lainnya masuk dalam daftar dapen yang sehat.
Tiko enggan merinci nama BUMN yang mencatatkan dapen yang bermasalah, lantaran cukup banyak jumlahnya.
"Wah saya enggak hafal jumlah BUMN-nya, itukan perbedaan angka saja. Ukuran pendanaan saja yang mereka, biasanya kurang pendanaan. Tunggu audit keluar saja dulu lah baru clear," tandas Tiko.
(FAY)