Sementara sejumlah negara produsen lainnya masih akan melanjutkan pertemuan pada 4 November 2021 mendatang untuk membahas ihwal kebijakan produksi.
Sepanjang tahun 2021 hingga saat ini, harga minyak mentah sudah menguat lebih dari 50%, yang berkontribusi terhadap tekanan inflasi. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi negara-negara pengimpor karena dapat menggagalkan pemulihan ekonomi.
"Keputusan OPEC+ masih belum melihat urgernsi kebutuhan produksi terhadap surplus yang diharapkan terjadi pada 2022," kata Analyst Barclays, Amarpreet Singh.
Singh meyakini lonjakan harga minyak masih terlalu besar mengingat keputusan peningkatan produksi baru saja diputuskan pada Juli lalu.
"Ini menunjukkan betapa ketatnya pasar minyak," tambahnya.
Saat ini, investor masih menunggu data pasokan minyak mentah Amerika Serikat yang bakal diumumkan oleh American Petroleum Institute yang bakal dirilis hari Selasa (5/10). (TYO)