Menurutnya, hasil dari transformasi Pelindo pasca merger mulai terlihat dari peningkatan kinerja dan produktivitas bongkar muat peti kemas di sejumlah terminal peti kemas. Dimana peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
“Bagi Pelindo, semakin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun cargo owner juga dapat memetik manfaat efisiensi biaya dan business opportunity yang lebih besar,” terang Arif.
Arif menjabarkan, di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan dan TPK Makassar kini jumlah bongkar muat naik dari 20 boks per kapal per jam menjadi 34 hingga 45 boks, bahkan mencapai 60 boks saat optimum.
Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal pun dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Ambon dan Sorong, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua hari menjadi satu hari.