sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Pedagang Tanah Abang yang Disikat Digitalisasi dan Pandemi

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
29/07/2021 16:14 WIB
PPKM Darurat/ level 4 ditambah lagi era digitalisasi membuat penjualan pedagang di Pasar Tanah Abang turun Drastis.

Nasib Pedagang Tanah Abang yang Disikat Digitalisasi dan Pandemi (FOTO: MNC Media)
Nasib Pedagang Tanah Abang yang Disikat Digitalisasi dan Pandemi (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat/level 4 ditambah lagi era digitalisasi membuat penjualan pedagang di Pasar Tanah Abang turun Drastis.

Penurunan tersebut membuat tak jarang pemilik ruko di pasar Tanah Abang di jual atau disewakan sementara, harga yang ditawarkan kan pun jauh berbeda dengan harga beli atau sewa ruko sebelum dilanda pandemi Covid 19.

Bahkan banyak yang menjual atau menyewakan ruko mereka dengan harga yang tidak sampai setengahnya dengan harga beli ruko awal.
Sepinya ruko Tanah Abang juga disebabkan oleh perpindahan transaksi masyarakat yang memilih berbelanja secara online karena Pemberlakuan PPKM.

Salah satu pedagang di Pasar Tanah abang, Syafril (68) menceritakan bagaimana dirinya kesulitan untuk mengikuti tren transaksi digital.

Menurutnya, menjual barang melalu toko online tidak semudah dengan dagang di pasar tradisional. Mengingat umur syafril yang sudah tergolong tua.

"Jadi online ini kalau orang-orang yang umur kayak saya yang susah. Kalau yang anak muda enak dia. Apalagi kan gak bayar toko." Ujar Syafril ditemui, Kamis (29/7/2021).

Namun Syafril mengaku bahwa dirinya pernah mencoba menjajakan barang dagangannya melalui toko online, namun seminggu berselang, barang dagangannya hanya terjual 1 saja.

"Saya pernyah coba online juga, dikasih tau sama teman saya, ya seminggu cuma laku 1. Jadi susah, namanya kita itu gak bisa." Sambungnya.

Kini Syafril harus berusaha lebih untuk menutupi sewa kios meski pelanggan yang berbelanja di tokonya tak seramai sebelum pandemi covid 19.

Syafril menyebut, sebelum Penerapan PPKM berlevel ini, dirinya bisa meraup omset hingga Rp 500 ribu perhari, namun kondisi saat ini berbanding terbalik dengan apa yang pernah didapatkannya.

"Boro-boro beli, yang lewat saja tidak ada, Sebelum PPKM itu 500 samapai 300 ribu ada juga. Sekarang, sudah dua hari saya dagang, satu potong pun, tidak ada yang laku."Keluhnya.

Kini Syafril hanya berharap kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan, seperti kebijakan yang membantu pedagang kecil untuk tetap bertahan meski berjualan secara konvensional.

"Namanya untuk nutup kios, ya pinjam sana, pinjam sini, yang gak bisa dilakukan, dilakukan sekarang. Kita mau makan, gak ada duit, kita gadai sama tetangga dulu, kita pinjam duit dulu, kita dapat makan yang penting, anak cucu makan, jangan sampai gak makan." tutupnya. (RAMA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement