Dari internal, Indonesia diproyeksikan tetap menjaga ketahanan pertumbuhan pada 2026. Hal itu ditopang segmen konsumsi rumah tangga hingga investasi. Pergeseran ini menandai transisi ekonomi Indonesia dari sekadar menjaga momentum pertumbuhan menuju penguatan kualitas dan keberlanjutan pertumbuhan dalam jangka menengah hingga panjang.
Sedangkan, dua mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026, konsumsi rumah tangga tetap berperan sebagai penopang jangka pendek, seiring membaiknya daya beli dan stabilitas harga.
Sementara itu, investasi lebih terfokus menjadi pendorong utama peningkatan produktivitas dan kapasitas ekonomi dalam jangka menengah hingga panjang.
Selain itu, seiring dengan masuknya bank sentral global dan domestik ke fase pelonggaran, kondisi pasar keuangan Indonesia diperkirakan menjadi lebih kondusif. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun diproyeksikan bergerak dalam kisaran 5,6–6,1 persen, mencerminkan stabilitas yang mendukung pembiayaan pemerintah maupun dunia usaha.
Meski risiko global masih membayangi, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter yang semakin solid dinilai memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Dengan pondasi makroekonomi yang lebih seimbang, Indonesia memasuki 2026 dengan ruang yang lebih besar untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun diperkirakan ditutup melemah pada rentang Rp16.760- Rp16.790 USD.
(NIA DEVIYANA)