IDXChannel - Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi merilis analisis terbarunya terkait tren dan prospek utama global untuk dua tahun ke depan.
Melansir Euro News, Rabu (6/12/2023), analisis tersebut mengungkap pertumbuhan PDB yang diproyeksikan melambat dari 2023 karena kondisi keuangan yang lebih ketat, pertumbuhan perdagangan yang lemah, serta kepercayaan bisnis dan konsumen yang lebih rendah sehinga berdampak pada perekonomian global.
Dalam laporan prospek ekonomi terbarunya, OECD memproyeksikan tren dan prospek utama global untuk dua tahun ke depan, di mana diperkirakan menjadi titik lemah bagi negara-negara maju.
Secara global, mereka memperkirakan pertumbuhan akan turun menjadi 2,7% pada 2024, dari 2,9% pada tahun ini, sebelum meningkat menjadi 3% pada 2025, karena pemulihan pertumbuhan pendapatan riil dan suku bunga yang lebih rendah.
Namun sebelumnya, OECD memperkirakan perlambatan pertumbuhan karena lemahnya pembacaan PMI (survei yang menunjukkan sentimen bisnis) di banyak negara besar, melambatnya pertumbuhan kredit, dan masih rendahnya tingkat kepercayaan konsumen.
Laju pertumbuhan tidak merata
Negara-negara maju secara umum menghadapi pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan negara-negara berkembang, dan kinerja Eropa tertinggal dibandingkan Amerika Utara dan negara-negara besar di Asia.
Eropa, di mana perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh suku bunga yang tinggi dan biaya energi berdampak pada pendapatan, akan sulit untuk pulih sepenuhnya.
Sebaliknya, pertumbuhan PDB bertahan lebih baik di Amerika Serikat dan banyak negara penghasil komoditas lainnya. Negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang secara kolektif mempertahankan tingkat pertumbuhan mendekati tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.
Menurut OECD, zona euro memperkirakan pertumbuhan PDB tahunan sebesar 0,5% selama tiga bulan terakhir selama 2023. PDB blok tersebut diperkirakan akan membengkak sebesar 0,6% tahun ini, diikuti oleh masing-masing 0,9% pada 2024 dan 1,5% pada 2025.