"Jadi waktu produksinya lebih cepat. Tentu saja nanti akan berujung pada tingkat keuntungan yang lebih tinggi," ungkap Faisal.
Sementara, terkait daya saing, Faisal menekankan bahwa digitalisasi merupakan satu keniscayaan dan menjadi tren di masa depan.
Hal tersebut berkaitan dengan konteks nature business yang semakin luas, di mana kebutuhan ekspansif Indonesia tidak hanya perlu dilakukan di Indonesia saja, melainkan juga antarnegara.
Untuk itulah, optimalisasi digitalisasi disebut Faisal memang harus terus didorong. Apalagi di BUMN sekelas Pertamina yang bisnisnya bukan hanya di dalam negeri, namun sudah merambah manca negara.
Dalam kondisi demikian, sangat mungkin bagi Pertamina untuk melakukan digitalisasi di seluruh proses bisnis.
"Sebagai sebuah BUMN besar, digitalisasi Pertamina juga harus lebih advance untuk bersaing dengan BUMN asing. Karena kita tahu, di negara maju, termasuk Temasek di Singapura, rata-rata digitalisasi mereka juga lebih advance," tegas Faisal. (TSA)