IDXChannel – Kenaikan pajak terhadap bisnis di Inggris menjadi salah satu agenda utama Menteri Keuangan Rachel Reeves. Namun, kebijakan itu dinilai bakal menyebabkan matinya kewirausahaan dan dapat membunuh pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pandangan itu diungkapkan James Dyson, miliarder pendiri produsen penyedot debu Dyson. Dalam sebuah opini untuk surat kabar The Times, dia mengatakan rencana fiskal pemerintahan Partai Buruh saat ini teramat kejam dan akan menyebabkan usaha kecil menderita.
Dyson masuk dalam daftar orang terkaya di Inggris. Nilai kekayaannya mencapai USD21 miliar (asumsi kurs Rp330,98 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index.
“Struktur ekonomi kita (Inggris) sedang terkoyak. Tidak ada bisnis yang dapat bertahan dari pajak sebesar 20 persen yang dilakukan Reeves. Ini akan menjadi kematian bagi kewirausahaan,” tulis Dyson, mengacu pada kebijakan pajak warisan bagi para pemilik bisnis dalam anggaran yang diterbitkan Kementerian Keuangan Inggris, akhir bulan lalu.
“Dia (Reeves) membenci sektor swasta dan memilih untuk mematikan aspirasi individu dan pertumbuhan ekonomi,” ujar penemu penyedot debu tanpa kantong itu lagi.
Pernyataan Dyson tersebut menjadi kritik paling keras dari seorang taipan Inggris sejak anggaran yang disusun Reeves diumumkan. Perusahaan-perusahaan di negara itu dipaksa menanggung sebagian besar kenaikan pajak yang nilai totalnya mencapai 40 miliar pound sterling (asumsi kurs Rp817,85 triliun).
Pada 30 Oktober lalu, Reeves mengumumkan kenaikan pajak terbesar selama lebih dari 30 tahun di Inggris. Dia berdalih langkah itu dibutuhkan untuk menopang keuangan negara dan meningkatkan layanan publik, termasuk peningkatan kontribusi sektor swasta terhadap program jaminan sosial nasional.
Dalam wawancaranya dengan BBC pada Minggu (3/11/2024) kemarin, Reeves mengatakan dia tidak antikritik atas rencana pajaknya yang kontroversial itu. Namun, dia mengatakan pemerintah harus mengumpulkan uang demi menempatkan keuangan negara pada posisi yang kokoh.
Sementara Dyson mengatakan, tindakan Reeves justru membunuh bisnis keluarga yang sudah mapan. Tak hanya itu, dia juga menyebut menkeu Inggris itu memupus berbagai insentif untuk orang-orang yang hendak memulai bisnis baru.
Pasalnya, pemerintah juga berencana untuk meningkatkan pendapatan negara dengan mengurangi keringanan pajak properti bisnis atas warisan yang didapat para ahli waris dari pengusaha-pengusaha kaya yang meninggal dunia. Di Inggris, pajak itu dikenal dengan istilah iheritance tax atau pajak warisan.
“Reeves mengabaikan fakta bahwa kekayaan negara ini dibangun bukan oleh pemerintah, tetapi oleh perusahaan-perusahaan swasta dan para pengusaha,” kata Dyson.
“Sangat sulit dipercaya bahwa Partai Buruh dengan bangga menggembar-gemborkan upayanya untuk menarik investasi asing, sementara pada saat yang sama malah menghancurkan bisnis lokal,” tuturnya.
(Ahmad Islamy Jamil)