sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Panasnya Harga Beras di Tengah Gelontoran Bansos dan Impor

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/02/2024 18:30 WIB
Masyarakat digegerkan dengan meroketnya harga beras ditambah kelangkaan pasokan di pasaran selama sebulan terakhir.
Panasnya Harga Beras di Tengah Gelontoran Bansos dan Impor. (Foto: MNC Media)
Panasnya Harga Beras di Tengah Gelontoran Bansos dan Impor. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Masyarakat digegerkan dengan meroketnya harga beras ditambah kelangkaan pasokan di pasaran selama sebulan terakhir.

Berbagai pihak menjelaskan bahwa fenomena kenaikan harga beras ini adalah hal yang wajar. Namun, benarkah demikian?

Jika menengok pasar, harga beras premium dan medium terindikasi semakin meroket terjadi menjelang gelaran pemilihan umum (Pemilu) 2024 dan terjadi sejak akhir tahun lalu.

Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Kamis (22/2/2024) pukul 10.00 WIB, beras premium diperdagangkan di level Rp16.320 per kilogram (kg) sementara beras medium diperdagangkan di level Rp14.210 per kg.

Berdasarkan kalkulasi IDX Channel, sejak Februari 2023, harga beras premium sudah naik 21,25 persen dan harga beras medium sudah naik 21 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di tataran global, harga beras meningkat USD 0,73/CWT atau 4,14 persen sejak awal tahun 2024, level USD18,24/CWT menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.

Secara historis, harga beras mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD24,46/CWT pada bulan April 2008. Harga beras saat ini juga lebih rendah di banding era pandemi yang sempat mencapai USD20,4/CWT.

Penyebab Beras Mahal

Presiden Joko Widodo (Jokowi), misalnya, menjelaskan penyebab harga beras naik adalah karena produksi beras berkurang perubahan iklim yang ekstrim dan membuat gagal panen.

Sementara Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono, membeberkan alasan harga beras mahal saat ini. Menurutnya hal ini terjadi imbas dari suplai yang menurun.

Namun, tak hanya sebatas perubahan iklim, sejumlah faktor berikut juga menjadi penyebab meroketnya harga beras. Di antaranya penghentian ekspor negara-negara produsen utama seperti India dan penurunan produksi di Thailand sebagai eksportir utama beras. Sementara Indonesia masih menjadi salah satu net importir beras terbesar, setidaknya hingga tahun kemarin.

  1. Perubahan Iklim

Pemerintah mengklaim, kenaikan harga beras di pasar, baik tradisional maupun ritel modern dipicu oleh gagal panen sejak 2023 lalu.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan konsumsi beras global terbesar keempat di dunia dengan kebutuhan 35,3 juta metrik ton sepanjang tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Presiden Jokowi menjelaskan, gagal panen di sejumlah wilayah terjadi karena adanya anomali El Nino. Sehingga, fenomena tersebut berdampak buruk pada sektor pertanian di Tanah Air, salah satunya padi.

Dampak buruknya, jumlah produksi beras menjadi menurun. Sementara kebutuhan konsumsi masyarakat cenderung tetap atau bahkan mengalami peningkatan.

Jika menengok laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi beras global sepanjang 2022/2023 tercatat mencapai 507,4 juta metrik ton. Sementara untuk konsumsi beras global mencapai 521,37 juta metrik ton pada periode yang sama. Artinya, ada defisit pasokan mencapai 13,97 juta metrik ton.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement