IDXChannel - Keputusan Arab Saudi memperpanjang pemotongan produksi minyaknya dapat memicu kontraksi ekonomi di Negara Petrodolar tersebut. Pemangkasan dilakukan untuk mempertahankan harga energi di tingkat global.
Pada 2022, Arab Saudi merupakan negara anggota G20 dengan pertumbuhan tertinggi. Pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut mencatat ekspansi ekonomi sebesar 9% tahun lalu.
Pencapaian di 2022 didorong rekor produksi minyak sekitar 10,5 juta barel per hari. Harga rata-rata saat itu mencapai USD100 per barel karena invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar energi.
Tahun ini, pasar minyak dunia dibayangi perlambatan ekonomi global yang menekan permintaan. Riyadh menurunkan produksi hingga Agustus 2023 menjadi hanya sembilan juta barel per hari.
Menurut Bloombergs Economics, perekonomian Arab Saudi bisa kontraksi sebesar 0,1% tahun ini jika pemangkasan berakhir pada September atau 1% jika kebijakan tersebut bertahan selama sisa 2023.
"Pemotongan yang dilakukan Arab Saudi berbiaya mahal," kata Jean-Michel Saliba, ekonom Timur Tengah dan Afrika Utara di Bank of America Corp, dilansir dari Bloomberg pada Senin (10/7/2023).