Pertumbuhan di China diproyeksikan akan membaik secara moderat pada tahun 2023. Dengan pemerintah menyesuaikan kebijakan COVID-nya pada akhir 2022 dan melonggarkan kebijakan moneter dan fiskal, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan akan meningkat menjadi 4,8 persen pada tahun 2023, demikian menurut laporan itu.
Laporan itu menunjukkan bahwa pengetatan kondisi keuangan global, ditambah dengan dolar yang kuat, memperburuk kerentanan fiskal dan utang di negara-negara berkembang.
Sebagian besar negara berkembang melihat pemulihan pekerjaan yang lebih lambat pada tahun 2022 dan terus menghadapi kelonggaran pekerjaan yang cukup besar, demikian ungkap laporan itu.
Ini memperingatkan bahwa pertumbuhan yang lebih lambat, ditambah dengan inflasi yang meningkat dan meningkatnya kerentanan utang, mengancam untuk lebih lanjut menghambat pencapaian yang diperoleh dengan susah payah dalam pembangunan berkelanjutan, memperdalam efek yang sudah negative.
Pada tahun 2022, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2019, mencapai hampir 350 juta. Periode kelemahan ekonomi yang berkepanjangan dan pertumbuhan pendapatan yang lambat tidak hanya akan menghambat pengentasan kemiskinan, tetapi juga membatasi kemampuan negara-negara untuk berinvestasi dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 secara lebih luas, laporan itu menekankan.