"Kondisi ekonomi global ternyata lebih tangguh dari yang diperkirakan," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Bulan lalu, Otoritas Moneter Singapura mempertahankan kebijakan moneter karena pertumbuhan di negara-kota tersebut tetap tangguh meskipun menghadapi tantangan dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Ekspor Singapura ke AS dikenakan tarif 10 persen. Tarif tersebut lebih rendah daripada yang dikenakan kepada negara-negara tetangganya di Asia Tenggara, tetapi pungutan sektoral—termasuk tarif 100 persen untuk obat-obatan bermerek—tetap menjadi ancaman yang signifikan. (Wahyu Dwi Anggoro)