Salah satunya, dengan status sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia disebut Luhut wajib mendorong hilirisasi, agar pemanfaatan komoditas nikel dapat lebih maksimal, serta mampu bersaing dalam jangka panjang.
"Memang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin berkurang penggunaannya. Sebabnya, kita juga harus genjot, tapi dengan tadi yang terukur. Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi bagian dari lithium battery kita sudah sangat maju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi kepada ekspor raw materials-nya tadi," tutur Luhut.
Luhut menekankan lithium battery yang berbasis nikel bisa didaur ulang. Hal tersebut menjadi salah satu poin kelebihan dibanding baterai berbasis LFP yang sejauh ini diketahui belum bisa didaur ulang.
"Ingat, lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling, sampai hari ini. Tapi sekali lagi, teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain," tegas Luhut. (TSA)