"Kalau tidak ya akan saling menggerus, utamanya pasar seluler dan fixed broadband akan tergerus," kata Heru.
Adapun nilai investasi Starlink tak sebanding jika ada perusahaan telekomunikasi mati atau ada investor telekomunikasi kabur dari Indonesia.
Pasalnya, banyak kritikan datang ketika tiba-tiba Starlink dengan investasi hanya Rp30 miliar dan tiga orang karyawan yang memberikan layanan sangat murah.
"Soal investasi Rp30 Miliar, kita harapkan ini hanya awal dan nanti akan masuk investasi jumbo. Namun kalau hanya segitu, ya ini yang perlu kita evaluasi lagi apakah sesuai, antara pasar yang tergerus dengan investasi yang masuk," jelas Heru.
Sejatinya perusahaan telekomunikasi nasional siap berkompetisi dengan Starlink. Meski saat ini kondisi perusahaan telekomunikasi di Indonesia tak sehat. Mereka masih menanggung beban regulasi (regulatory charges) yang sangat tinggi, lebih dari 15 persen, padahal ambang batas sehat kurang dari 8 persen.