Joko menilai industri properti tidak terlalu berpengaruh dengan kenaikan suku bunga acuan BI. Asalkan perbankan milik negara tidak memberikan respon yang berlebih untuk turut mengerek suku bunga acuan terlalu tinggi.
"Suku bunga BI sebagai acuan itu kan in Lane terhadap kenaikan suku bunga kredit, otomatis kalau seperti itu pastinya target-target, realisasi, itu pasti kalau dari sisi pengusaha akan mencermati dahulu, dan akan membuat gimmick tertentu," kata Joko.
Karena menurut Joko ketika perbankan menaikan suku bunga kreditnya, maka baik konsumen maupun pengembang bakal terkena dampaknya. Para pengembang bakal berpikir lebih jauh untuk melakukan ekspansi atau meluncurkan hunian baru, atau konsumen yang menunda pembelian rumah karena bunganya masih tinggi.
"Padahal properti ini menjadi salah satu faktor untuk pertumbuhan ekonomi, backbone manufaktur, ini juga adalah sektor yang merupakan padat karya, ini yang harus dihitung oleh kita semua," lanjutnya.
Menurutnya kenaikan suku bunga kredit itu akan berdampak pada penjualan rumah non subsidi atau untuk masyarakat berpenghasilan menengah atas. Disatu sisi industri properti saat ini juga masih belum kembali ke titik normalnya penjualan.