IDXChannel - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai industri pariwisata di Tanah Air belum dimanfaatkan secara optimal. Sebab, pemerintah belum menempatkan pariwisata sebagai prioritas dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum PHRI Hariyadi B Sukamdani mengatakan, bahkan sektor bisnis ini masih dianggap sebagai aksesoris saja. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan negara lain di Asia Tenggara (ASEAN) yang dipandang mengutamakan pariwisata sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi.
“Dan kita menyadari bahwa negara selalu pada kondisi yang tidak ideal untuk dapat menempatkan pariwisata sebagai prioritas untuk pertumbuhan ekonomi,” ujarnya saat Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) XVIII PHRI Tahun 2025, Selasa (11/2/2025).
“Mohon izin Pak Sapta, ini karena Pak Sapta yang paling senior, mengikuti perjalanan, tapi catatan kami bahwa memang seperti itu demikian. Jadi kita tidak pernah secara politik menjadikan pariwisata itu sebagai salah satu yang diprioritaskan,” kata dia.
Meski masih menjadi aksesoris semata, Hariyadi mengajak insan PHRI dan pelaku pariwisata di dalam negeri untuk tidak berkecil hati. Justru kondisi itu dijadikan tantangan agar memacu pelaku usaha bekerja lebih ekstra lagi.
“Selalu ditaruhnya itu sebagai aksesoris. Tapi itu bukan harus kita berkecil hati Bapak-Ibu sekalian, justru saya pribadi merasa tertantang. Kita harus bisa, kita harus menunjukkan kepada masyarakat, kepada bangsa ini bahwa pariwisata adalah prioritas,” ujar dia.
Sekadar informasi, Thailand menjadi negara paling banyak dikunjungi di Asia Tenggara. Pada 2024, angka wisatawan di kawasan tersebut mencapai 35,5 juta orang. Malaysia di posisi kedua dengan persentase jumlah wisatawan sebanyak 25 juta.
Lalu, Vietnam berada di posisi ketiga dengan 17,5 juta kunjungan wisatawan mancanegara, diikuti oleh Singapura dengan 16,5 juta dan Indonesia dengan 13,9 juta.
“Dan saya yakin kita bersama, kita akan bisa menyamai negara-negara, negara-negara yang terdekat dengan kita yang saat ini menjadi leading di depan kita,” kata Hariyadi.
“Seperti Thailand yang saat ini adalah nomor satu di ASEAN, dengan perolehan para wisatawannya, saya rasa sudah tahun ini akan 40 juta (2025), dia akan kembali seperti tahun 2019. Seperti halnya Malaysia, yang Malaysia juga kontroversi karena cross-bordernya cukup tinggi, tapi dia tetap di atas Indonesia,” katanya.
(Dhera Arizona)