Dia menyebut turunnya harga gabah sebagai anomali karena biasanya di akhir tahun harga gabah maupun beras mengalami peningkatan, tetapi sejak akhir tahun lalu hingga awal tahun ini harganya terus menurun.
"Lalu kemudian tiba-tiba mendadak di awal Maret 2021 tiba-tiba muncul keputusan impor sehingga harga semakin jatuh. Di bulan Maret saat ini rata-rata di angka Rp3.600, ini amat sangat rendah," ucapnya.
Menurut kajian jaringan tani di Jawa Timur, kerugian yang diterima petani itu per hektarnya Rp2,7 juta. Padahal, menurut data resmi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) estimasi produksi beras untuk kuartal I-2021 akan meningkat sangat besar 26,9 persen dibanding tahun lalu, lalu stok beras nasional per Maret telah mencapai 9,4 juta ton.
"Bagaimana logikanya tiba-tiba dalam kondisi surplus, dalam kondisi petani panen raya, tiba-tiba muncul keputusan impor beras. Ini yang menjadi masalah," sebut dia.
(SANDY)