sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

PPnBM Nol Persen Dinilai Tak Sebanding dengan Daya Beli Masyarakat

Economics editor Oktiani Endarwati
25/02/2021 13:15 WIB
(PPnBM) mobil baru hingga nol persen dinilai belum sebanding dengan daya masyarakat yang belum pulih imbas pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya.
PPnBM Nol Persen Dinilai Tak Sebanding dengan Daya Beli Masyarakat. (Foto : MNC Media)
PPnBM Nol Persen Dinilai Tak Sebanding dengan Daya Beli Masyarakat. (Foto : MNC Media)

IDXChannel - Insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru hingga nol persen dinilai belum sebanding dengan daya masyarakat yang belum pulih imbas pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya. PPnBM diyakini berpotensi kurangi pendapatan negara hingga Rp2,3 triliun.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai potential loss akibat insentif PPnBM senilai Rp2,3 triliun cukup besar. Belum lagi ada potensi penurunan pendapatan pajak daerah.

“Menurut saya insentif PPnBM ini belum sepadan dengan potential loss tersebut. Karena secara umum daya beli masyarakat relatif lambat akibat dampak pandemi Covid-19. Kita bisa lihat dari pertumbuhan ekonomi yang relatif menurun drastis," imbuhnya pada Market Review IDX Channel, Kamis (25/2/2021).

Sekadar diketahui, Pemerintah berencana menurunkan PPnBM untuk kendaraan bermotor pada segmen kendaraan dengan cc kurang dari 1.500 untuk kategori sedan dan 4x2 secara bertahap per 1 Maret 2021.

Insentif pajak diungkapkan Esther dinilai kurang tepat mengingat rasio pajak terhadap PDB nasional cenderung rendah. Kementerian Keuangan memperkirakan rasio pajak pada tahun 2020 berada di level 7,9%, turun dibandingkan 2019 yang sebesar 9,76%.

Esther juga mengapresiasi niat baik pemerintah untuk menggerakan konsumsi yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh konsumsi saja. Masih ada faktor lain seperti ekspor dan investasi.

“Saya memang cukup menyayangkan. Kita mengapresiasi niat baik pemerintah untuk menggerakan konsumsi tetapi kalau kita lihat lagi bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya digerakan oleh konsumsi tapi juga bisa digerakan oleh peningkatan ekspor, peningkatan investasi,” jelasnya. (FHM)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement