Namun demikian, Burhanuddin mengingatkan bahwa jalan ke depan masih panjang dan terjal. Sejumlah indikator menunjukkan Indonesia masih tertinggal dibanding negara tetangga.
Dalam Global Talent Competitiveness Index, posisi Indonesia menurun dari peringkat 65 pada 2020 menjadi 73 pada 2024. Sementara dalam Human Capital Index, capaian Indonesia baru mencapai 0,56, tertinggal dari Malaysia dan Vietnam. Artinya, seorang anak Indonesia saat ini baru tumbuh dengan sekitar 56 persen dari potensi produktivitas maksimalnya di masa depan.
Dari sisi produktivitas tenaga kerja, Indonesia mencatat sekitar USD28.000 per pekerja, jauh dibawah Singapura yang melampaui USD150.000 dan Malaysia sekitar USD55.000.
Kesenjangan juga tampak jelas pada aspek inovasi. Data paten per satu juta penduduk menunjukkan Indonesia hanya mencatat 84 paten dalam periode 2000–2023, dibandingkan Singapura yang mencapai lebih dari 22 ribu dan Korea Selatan lebih dari 93 ribu.
“Ini bukan sekadar kesenjangan, tetapi jurang peradaban,” kata Burhanuddin dalam refleksinya. Karena itu, dia menilai Indonesia membutuhkan lompatan besar, bukan sekadar perbaikan bertahap.