Berakhirnya perjanjian transit gas antara Rusia dan Ukraina per 1 Januari 2025 menandai berakhirnya era dominasi gas Rusia di Eropa. Walaupun begitu, Eropa telah melakukan persiapan dengan mendiversifikasi sumber energi dan memperkuat infrastruktur untuk mengimpor gas non-Rusia, sehingga terhentinya pengiriman gas dari Rusia ke Eropa mungkin tidak menyebabkan lonjakan harga energi yang signifikan.
Dalam jangka pendek, penghentian pasokan gas Rusia melalui Ukraina memang dapat memperlambat transisi energi hijau di Eropa, karena beberapa negara mungkin perlu mengandalkan sumber energi fosil alternatif untuk memastikan keamanan pasokan energi mereka. Namun, situasi ini juga mendorong Eropa untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi guna mencapai kemandirian energi yang lebih besar di masa depan.
Ekonomi hijau di Indonesia
Di tingkat nasional, Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Dengan kekayaan sumber daya alam, seperti hutan hujan tropis, lahan gambut, dan mangrove, Indonesia memiliki kapasitas besar sebagai penyerap karbon alami. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen melalui peluncuran bursa karbon pertama pada Oktober 2023, yang memungkinkan perusahaan untuk memperdagangkan kredit karbon sebagai bagian dari upaya pengurangan emisi.
Sejak IDX Carbon diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 27 Desember 2024, volume transaksi perdagangan karbon dalam negeri mencapai 908.018 ton CO2 ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi mencapai Rp50,64 miliar.
"Pencapaian ini menunjukkan respons positif terhadap inisiatif dan upaya mendukung transisi menuju ekonomi rendah karb on yang berkelanjutan," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, di Jakarta, akhir Desember lalu.
Pencapaian signifikan juga terlihat dari pertumbuhan jumlah investor. Hingga 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) berhasil melampaui target dengan tambahan 2,6 juta investor baru. Dengan peningkatan ini, total jumlah SID kini mencapai 14,81 juta.
Yang menarik, kata Inarno, mayoritas SID individu didominasi oleh generasi muda di bawah usia 40 tahun, yang mencapai lebih dari 79 persen dari total SID. Fakta tersebut menunjukkan potensi besar generasi ini dalam mendorong pertumbuhan pasar modal di masa depan.
Selain perdagangan karbon, sektor energi terbarukan di Indonesia juga mulai berkembang. Investasi dalam pembangkit listrik tenaga surya, panas bumi, dan angin terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi yang ramah lingkungan. Pemerintah juga berfokus pada program hilirisasi industri, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk domestik sekaligus mengurangi emisi karbon.
Namun, ekonomi hijau di Indonesia menghadapi tantangan seperti kebutuhan investasi yang besar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan resistensi dari sektor tradisional berbasis bahan bakar fosil. Kerangka regulasi dan dukungan insentif perlu diperkuat untuk mendorong partisipasi sektor swasta. Meski begitu, dengan adanya bursa karbon dan target Net Zero Emission pada 2060, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama dalam ekonomi hijau global.***
(Ahmad Islamy Jamil)