"Nanti kalau sudah beroperasi, saya perkirakan itu antara Rp 5 triliun - Rp10 triliun per tahun. Itu gimana duit-nya? Kan ada biaya pembangunan sekarang, terus ada operasi, operasinya siapa yang bayar selulernya, itu duitnya bayarnya berapa? Terus penumpang, sehari katakan 8 kali itu siapa yang mau naik? Bayar listrik, bayar pegawai, bayar sewa, bayar stasiun berapa, ya di hitung aja," katanya.
Soal keuntungan, Kementerian BUMN telah menghitung pengembalian modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan diperkirakan terjadi pada 40 tahun mendatang. Perkiraan ini merupakan perhitungan konservatif Kementerian BUMN dengan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, berdasarkan hitungan kasar pengembalian modal KCJB akan sama seperti Mass Rapid Transit (MRT).
"Secara konservatif, hitungan kita tetap payback period untuk equity-nya itu, ini ya 40-an tahun. Tapi kita belum tahu ya, ini hitungannya hanya kasar masih. Ini kan mirip-mirip dengan MRT, " ujar Arya kepada Wartawan, Kamis (14/10/2021).
(SANDY)