IDXChannel - Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir menyebut pemasangan pipa dari operator Blok Rokan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama dengan badan usaha swasta berisiko merugikan negara.
Nasir menilai proyek pipa minyak di Blok Rokan yang tak kunjung rampung tersebut dengan nilai investasi USD300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun sudah dikerjakan sejak September 2020, dan ditargetkan beroperasi pada tahun ini.
"Ada pekerjaan pipa yang cukup besar harganya Rp4,2 triliun, pipa ini sekarang tidak bisa dipakai ini anak perusahaan juga yang mengerjakan bersama swasta,” kata Nasir dalam Rapat Dengar Pendapat di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (10/11/2022).
Dia meminta kepada Direktur Utama PHR Jafee A. Suardin untuk memberi penjelasan mengenai proyek pipa mangkrak di wilayah kerja Rokan tersebut. Menurut Nasir, proyek mangkrak pipa itu merugikan negara dengan nominal dan koreksi kinerja hulu yang cukup besar.
“Saya minta penjelasannya di sini, supaya kelar jangan ini dibuat main-main saya minta yang begini pihak hukum untuk meninjau ke lokasinya,” kata dia.
Di sisi lain, dia juga meminta, komisi VII untuk mengagendakan kunjungan kerja ke Blok Rokan untuk meninjau proyek mangkrak tersebut. “Saya minta ini juga teman-teman mengunjungi ke sana benar atau tidak ini prosesnya,” kata dia.
Sebagaimana diketahui, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus berupaya untuk mendorong peningkatan produksi di wilayah kerja (Rokan) setelah satu tahun alih kelola dari dari PT Chevron Pacific Indonesia.
Perseroan telah merampungkan pengeboran 350 sumur baru sejak memulai pengelolaan pada 9 Agustus 2021.
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A. Suardin mengatakan, pihaknya membukukan produksi rata-rata mencapai 161.000 barel per hari (bph). Raihan ini dinilai lebih baik ketimbang sebelumnya. Pasalnya, jika tanpa pengeboran maka rata-rata produksi hanya mencapai 142.000 bph.
"Kontribusi dari sumur-sumur pengembangan mampu mempertahankan tingkat produksi dan menunjukkan operasi yang optimal, sehingga WK Rokan tetap menduduki posisi sebagai salah satu produsen minyak terbesar di Indonesia, dengan kontribusi 24% produksi minyak nasional," ungkap Jaffee dalam keterangan resmi.
Jaffe menambahkan, pengeboran ini adalah bagian dari upaya mendukung ketahanan energi nasional dan target-target yang telah ditetapkan.
Hingga saat ini, Pertamina Hulu Rokan telah mengoperasikan 19 rig pengeboran dan 33 rig WOWS. WK Rokan menyumbangkan sepertiga total produksi minyak Pertamina atau hampir seperempat produksi nasional. Seluruh hasil lifting WK Rokan dimanfaatkan untuk konsumsi kilang domestik Pertamina.
(DES)