"Jadi begitu listrik mati itu, kita yang pertama diaktifkan. Kita turut menstabilkan jaringan listrik PLN saat itu," ujarnya.
Bagus memastikan alasan panas bumi tetap harus dikembangkan dalam proses transisi EBT di Indonesia. Menurutnya, panas bumi terbukti ramah lingkungan karena bukan merupakan energi fosil dimana pelepasan karbon ke atmosfir sangat rendah.
"Cocok sekali untuk dioperasikan sepanjang waktu (24/7/365) sebagai sumber daya baseload yang stabil tanpa tergantung cuaca dan fenomena iklim lainnya," katanya.
Terlepas relatif tingginya biaya investasi per kilowatt terpasang, panas bumi cukup kompetitif biaya per-kWh yang dihasilkannya karena tingginya faktor ketersediaan dan tanpa biaya bahan bakar.
"Kita sedang berjuang menurunkan emisi, sehingga 2050 nanti kita bisa me-nolkan emisi, bahkan mudah-mudahan negatif," katanya.
Masih di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar, Bambang Rianto mengakui, Jabar memiliki potensi EBT yang berlimpah, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.