IDXChannel - Di tengah kemeriahan mudik lebaran tahun ini, terselip kisah Subkhan, si tukang pijat keliling di Pelabuhan Merak, Banten. Ia terpaksa tidak pulang ke kampung halaman karena harus mencari nafkah untuk ketiga anaknya.
Puncak arus mudik di Pelabuhan Merak masih terjadi hingga Sabtu (30/4/2022) malam. Puluhan ribu pemudik pun terus berdatangan dari berbagai daerah.
Ditengah keramaian, terlihat seorang pria memakai baju bertuliskan "Pijat Refleksi dan Bekam" pada bagian belakang bajunya. Ia duduk persis didepan Mushola tepat selepas waktu Isya. Iya, pria tersebut adalah Subkan si tukang pijat keliling.
Kepada MNC Portal Indonesia, Subkan mengaku sudah menggeluti profesi pijat keliling di Pelabuhan Merak sejak 30 tahun silam.
"Saya dari kecil disini, dari SMP, ada lah 30 tahun merantau disini jadi tukang pijit dari 1990an," kata pria berpeci tersebut, Sabtu (30/4/2022).
Berkah hari raya pun turut dirasakannya. Dia mengaku pendapatannya meningkat dari hari biasa.
Pemudik pun disinyalir banyak yang ketagihan dengan pijatan Subkan. Alhasil, ia mendapat pelanggan tetap setelah memijat para pemudik tahun ini.
"Alhamdulillah cukup buat anak, saya pernah sekali PP (pulang pergi) naik kapal itu dapat Rp600.000, tapi memang enggak pernah ada target. Kalau sudah merasa cukup buat anak ya sudah cukup," tutur Subkhan.
"Alhamdulillah orang yang saya pijit malah jadi langganan. Malah nanya nomer HP-nya juga," sambungnya.
Subkan mengaku tak mematok tarif untuk pelanggannya di darat. Pemudik pun bisa membayar upah pijat Subkan seikhlasnya. Hanya saja, Subhkan menentukan tarif pijat ketika di atas kapal.
Pasalnya, dia harus membayar ongkos perjalanan kepada pihak kapal.
"Kalau kita didarat, itu seikhlasnya. Kita enggak boleh masang tarif, soalnya kita posisinya nolong. Kalau di kapal itu ada tarifnya, soalnya kita ngontrak sama kapal," jelas Subkhan.
Untuk menikmati servis pijatannya, Subkhan mematok harga senilai Rp50.000 khusus sopir angkutan umum. Sementara, bagi pemudik kendaraan pribadi dikenakan tarif sebesar Rp.100.000.
"Kalau saya di kapal khusus untuk sopir itu Rp50.000 sebadan. Masalahnya kan sopir itu tiap hari mondar-mandir, kalau untuk pribadi itu biasanya Rp100.000 seluruh badan. Tapi kalau dia enggak mampu ya enggak apa-apa, ada juga yang Rp30.000," ucapnya.
Disinggung soal mudik, Subkan mengaku tak menjalani tradisi tahunan tersebut seperti kebanyakan orang. Pasalnya, Subkhan mengatakan orang tua dan istrinya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Kini, Subkhan hanya tinggal bersama ketiga anaknya di kawasan Serang, Banten. Subkhan sendiri merupakan pria asal Cepu, Jawa Tengah.
"Saya enggak mudik karena keluarga udah pada meninggal, istri juga udah meninggal. Saya disini sama anak tiga, ya jadi disini udah kayak rumah sendiri. Hasil pijit juga saya kumpulin," katanya.
Tak hanya jasa pijat, Subkhan mengaku kerap ngamen hingga berjualan asesoris ponsel pintar. Hal ini dilakoni demi menjaga asap dapur agar terus mengepul.
"Saya ngamen juga, terus dagang kopi, jual power bank, headshet, ini tas-tas semua ini isinya dagangan. Yang penting saya itu dapat uang buat mencukupi keluarga," ujarnya.