Selanjutnya, TCTP diharapkan dapat menjadi katalis bagi peningkatan investasi China di Indonesia, khususnya melalui pengembangan kawasan industri di Batang yang saat ini menjadi proyek bersama TCTP kedua negara.
Selain itu, diharapkan kerja sama tersebut dapat diperluas ke berbagai wilayah lainnya, salah satunya Pulau Bintan sebagai salah satu potensi lokasi pengembangan berikutnya.
Sektor investasi utama China, terutama pada industri logam sebesar USD4 miliar dan industri farmasi sebesar USD1 miliar pada 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Fuzhou, China, kembali memperkuat hubungan ekonomi melalui penandatanganan 16 Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi dengan total nilai mencapai Rp36,4 triliun.
Sebanyak 16 proyek kerja sama tersebut akan mulai diimplementasikan pada 2026 dan mencakup sejumlah sektor prioritas nasional, meliputi ekspor baja, nikel, dan komoditas industri, pengolahan pangan dan kelautan, industri perikanan terpadu, pengembangan energi matahari dan sistem penyimpanan energi, batu bara dan rantai pasok bahan baku industri.
Kemudian riset dan kolaborasi kecerdasan buatan Indonesia–China, teknologi baru dan peralatan industri, serta pengembangan kawasan industri dan rantai pasok energi baru.
Nilai investasi Rp36,4 triliun tersebut merepresentasikan 24,3 persen dari total komitmen investasi USD10 miliar yang disampaikan Pemerintah Kota Fuzhou saat menerima kunjungan Kemenko Perekonomian pada Agustus 2025.
"Kita membutuhkan lebih banyak proyek di sektor industri baja, manufaktur, perikanan, tekstil, pertanian, seperti teh, furnitur, teknologi baru seperti drone, baterai EP, termasuk infrastruktur dan AI itu sendiri. Sektor seperti ini prospektif bagi Indonesia," kata Airlangga.
(NIA DEVIYANA)