Anindya mengatakan, masih ada pintu negosiasi yang bisa dilakukan antara Indonesia dan AS, mengingat kedua negara merupakan mitra bisnis yang saling membutuhkan. Dengan begitu, peluang negosiasi masih terbuka lebar untuk diupayakan.
"Hubungan Indonesia dan AS adalah hubungan saling membutuhkan. Saya yakin kita bisa melakukan negosiasi dengan AS, antara lain karena posisi geopolitik dan geoekonomi Indonesia," katanya.
"Posisi Indonesia sangat strategis di Kawasan Pasifik. Selain bagian dari kekuatan ekonomi ASEAN, Indonesia adalah anggota APEC yang strategis. Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan pimpinan negara nonblok, juga tentu menjadi pertimbangan Trump," ujar Anindya.
Anindya menilai, jika AS menindaklanjuti rencana tarif impor 32 persen untuk produk Indonesia, maka dampak signifikan akan menimpa neraca pembayaran, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi.