sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI Kesulitan Tahan Lonjakan Biaya Subsidi Imbas Perang Iran-Israel

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
16/04/2024 15:06 WIB
ESDM mengakui sulit untuk menahan subsidi energi di tengah lonjakan harga minyak dan gas di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah.
RI Kesulitan Tahan Lonjakan Biaya Subsidi Imbas Perang Iran-Israel. (Foto: MNC Media)
RI Kesulitan Tahan Lonjakan Biaya Subsidi Imbas Perang Iran-Israel. (Foto: MNC Media)

Tutuka bilang, apabila ICP sesuai dengan perkirakan yakni USD100 per barel dengan kurs Rp15.900, maka subsidi dan kompensasi BBM naik menjadi Rp250 triliun dari sebelumnya yang saya lihat sekarang diasumsikan dalam APBN 2024 sebesar Rp161 triliun. Kemudian untuk LPG menjadi Rp106 triliun dari asumsi dalam APBN 2024 sebesar Rp83,3 triliun

"Nah tentunya totalnya ini akan sangat besar kalau kita totalkan itu bisa sampai Rp213 triliun, total subsidi kompensasi baik BBM maupun LPG. Nah kalau (ICP) naik ke USD110 ni akan menjadi jauh lebih besar totalnya mungkin sekitar USD 350 t nanti menjadinya," terang Tutuka. 

Ia menambahkan, belakangan ICP memang menunjukan tren kenaikan harga sekitar USD5 per barel setiap bulan bahkan sebelum adanya konflik antara Iran dan Israel memanas.

Jadi itulah kurang lebih gambaran untuk detailnya bahwa, untuk setiap kenaikan ICP yang USD5 per barel setiap bulan itu yang paling berpengaruh besar pertama terhadap subsidi LPG yang akan bertambah sekitar USD5 triliun. Kemudian yang kedua yang paling besar dengan kenaikan ICP USD5, kompensasi solar bertambah Rp6,42 triliun. Jadi itu 2 yang paling besar kenaikannya," papar Tutuka.

Ia juga menambahkan, apabila ICP naik sebesar USD1 per barel maka akan berdampak pada kenaikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sekitar Rp1,8 triliun. Namun, kenaikan PNBP ini tentu diiringi dengan naiknya subsidi energi Rp1,78 triliun dan kompensasi energi Rp5,3 triliun. 

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement