Terlebih, kata Ina, pemerintah daerah tidak mungkin lagi meminta bantuan anggaran dari pemerintah pusat. Kebijakan ini menurutnya potret kemampuan pemimpin daerah yang mampu melihat urgensi dari situasi yang terjadi dan anggaran yang tersedia.
"Beliau berpikir, masih ada dana bisa dialihkan, nanti untuk infrastruktur bisa dicari kembali, kalau engga ini (urusannya) nyawa Rakyat Jawa Barat," tegasnya.
Ina juga menilai, keputusan berani Ridwan Kamil tersebut belum tentu bisa ditiru oleh para kepala daerah lain karena masing-masing provinsi melihat urgensi dan kondisi yang berbeda.
"Provinsi lain misalnya uang masih ada, nggak perlu ngikut juga karena Jawa Barat rakyatnya lebih banyak, tingkat terpaparnya tertinggi kedua, jadi (Ridwan Kamil) melihat itu urgensitasnya, belum tentu sama untuk daerah lain karena mereka tidak memiliki kebijakan yang sama," papar dia.
Ina menekankan pentingnya seorang kepala daerah berpikir cepat dan mengambil keputusan yang cerdas di masa darurat, termasuk soal pengalokasian anggaran di tengah terus melonjaknya angka kasus positif COVID-19 dan menipisnya ketersediaan ruang perawatan, oksigen, dan obat-obatan.