sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ritel Offline dan Online Akomodasi Beragamnya Preferensi Belanja Konsumen Indonesia

Economics editor taufan sukma
19/04/2024 18:31 WIB
tak bisa dimungkiri, pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan.
Ritel Offline dan Online Akomodasi Beragamnya Preferensi Belanja Konsumen Indonesia (foto: MNC Media)
Ritel Offline dan Online Akomodasi Beragamnya Preferensi Belanja Konsumen Indonesia (foto: MNC Media)

IDXChannel - Berbelanja sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 12,94 persen bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2023.

Namun tak bisa dimungkiri, pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan. Meski demikian, konsumen Indonesia tetap tidak meninggalkan kebiasaan belanja offline.

Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix berusaha menggali lebih lanjut pola belanja konsumen di Indonesia melalui laporan riset bertajuk Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline. Riset ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi yang turut mempengaruhi perilaku belanja konsumen.

"Pasca pandemi, kami menyaksikan transformasi yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meski pandemi memicu lonjakan belanja online secara signifikan, temuan kami menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi," ujar Head of Research Populix, Indah Tanip, dalam keterangan resminya.

Menurut Indah, riset yang dilakukannya memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline, yang mengungkapkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, namun juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam.

Riset Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yaitu sebelum, saat, dan setelah terjadinya pandemi.

Karena faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54 persen dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung. Setelah pandemi berakhir, 49 persen di antaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online.

Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemi berakhir mengalami kenaikan hingga lebih dari dua kali lipat.

"Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline," tutur Indah.

Dari kacamata konsumen, Indah menjelaskan, kehadiran toko offline dan online tentunya bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam. 
Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu.

Riset ini menemukan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46 persen) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34 persen) lebih dominan dibeli secara offline.

Selain itu, dikatakan Indah, riset ini juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih melakukan pembelian, baik secara online maupun offline.

Pilihan berbelanja secara online lebih didorong oleh faktor kepraktisan dan kemudahan dalam membandingkan harga. Faktor praktis (67 persen) dan kemudahan membandingkan harga (66 persen) menjadi dua faktor utama yang mendorong konsumen untuk berbelanja online, diikuti oleh ketersediaan berbagai metode pembayaran (60 persen) di posisi ketiga.

Kemudahan proses pengembalian barang (25 persen) juga turut menjadi salah satu alasan penting yang membuat konsumen suka berbelanja secara online. Sedangkan pilihan belanja offline lebih didorong oleh faktor tangibility dan tidak ada biaya pengiriman yang harus ditanggung oleh pembeli.

Tangibility atau kesempatan untuk memegang/merasakan produk secara langsung (77 persen), tidak ada biaya pengiriman (66 persen), diikuti oleh jarak toko yang dekat (62 persen) adalah tiga faktor utama yang membuat konsumen lebih memilih berbelanja secara offline.

"Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia," ungkap Indah.

Untuk terus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, Indah menjelaskan, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam. (TSA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement