“Salah satu yang membuat mata uang rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan adalah ekspektasi bahwa rencana Trump untuk tarif global timbal balik tidak akan berlaku hingga April, memberikan lebih banyak waktu untuk menghindari perang dagang,” kata Ibrahim dalam keterangannya dikutip Minggu (16/2/2025).
Ibrahim mengatakan, dengan adanya kebijakan Trump tersebut, pada Februari dan Maret hingga menjelang April kemungkinan besar perang dagang akan diberhentikan sementara waktu. Menurutnya, faktor tersebut membuat Mata Uang Garuda mampu terkerek.
“Di sisi lain, ada potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, yang kemungkinan besar (tensi) geopolitik akan memudar tidak lagi akan memanas. Ini yang membuat kondisi fundamental ekonomi kemungkinan besar kembali lagi berjalan seperti normal,” ujar Ibrahim.
Menurutnya, sentimen eksternal lainnya yakni kondisi di Eropa mengenai kebijakan suku bunga. Dia menyebut, Produk Domestik Bruto (PDB) di Inggris tumbuh 0,1 persen pada kuartal IV-2024 telah mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa kembali pulih paska perang Rusia dan Ukraina.
Dengan menelaah sentimen-sentimen tersebut, Ibrahim mengekspektasikan bahwa rupiah akan melanjutkan penguatan pada perdagangan selanjutnya, yakni Senin (17/2/2025).