"Kalau Inggris, saya malah baru dengar. Reputasi Inggris membangun PLTN di luar, sepertinya belum gegap gempita dibanding Rosatom dari Rusia atau Korea," katanya.
Kendati demikian, Susilo mengatakan, apapun teknologinya harus memenuhi aspek keselamatan berstandar internasional. Dia juga mengingatkan bahwa ke depan Indonesia tidak hanya membangun satu atau dua unit PLTN saja mengingat kebutuhan energi nasional yang sangat besar.
"Kalau melihat angka-angka kebutuhan listrik kita, satu unit PLTN besar itu biasanya 1,5 gigawatt. Kalau PLTN kecil modular bisa 250 megawatt. Ini tergantung kebutuhan dan kondisi jaringan listrik di daerah," ujarnya.
Menurut Susilo, PLTN kecil sangat cocok untuk wilayah-wilayah terpencil yang kebutuhan listriknya lebih rendah, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan tersebar.
Dengan banyaknya pilihan dari negara-negara mitra, Susilo berharap pemerintah dapat memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan nasional dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan serta kemandirian teknologi.
(Rahmat Fiansyah)