IDXChannel - Lebih dari selusin kapal tanker yang memuat 10 juta barel minyak mentah kelas Sokol Rusia terdampar di lepas pantai Korea Selatan selama berminggu-minggu. Sejauh ini minyak tersebut tidak terjual karena sanksi AS dan masalah pembayaran.
Volume tersebut setara dengan 1,3 juta metrik ton, mewakili lebih dari satu bulan produksi proyek Sakhalin-1, yang pernah menjadi andalan perusahaan besar Amerika, Exxon Mobil, yang keluar dari Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.
Sakhalin-1 menjadi salah satu pengembangan di Timur Rusia, yang dibuat berdasarkan perjanjian bagi hasil. Ketika Exxon Mobil hengkang pada 2022, produksi turun hingga hampir nol dan belum sepenuhnya pulih sejak saat itu.
Kesulitan dalam menjual minyak kelas Sokol merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Moskow sejak negara-negara Barat memberlakukan sanksi dan merupakan salah satu gangguan paling serius terhadap ekspor minyak Rusia dalam dua tahun terakhir.
Washington mengatakan pihaknya menginginkan sanksi untuk mengurangi pendapatan Vladimir Putin dan mesin perangnya di Ukraina, namun tidak mengganggu aliran energi Rusia ke pasar global.
Tahun lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap beberapa kapal dan perusahaan yang terlibat dalam pengangkutan Sokol.
Pada Jumat pekan ini, 14 kapal yang memuat Sokol terjebak di sekitar pelabuhan Yosu Korea Selatan, termasuk 11 kapal Aframax dan tiga kapal pengangkut minyak mentah sangat besar (VLCC).
Volume yang disimpan di kapal tanker mewakili produksi Sakhalin-1 selama 45 hari, yang rata-rata menghasilkan 220 ribu barel per hari (bph).
"Supertanker (VLCC) La Balena, Nireta dan Nellis dengan muatan sekitar 3,2 juta barel (430 ribu metrik ton), saat ini berada di dekat Yosu Korea Selatan, bertindak sebagai tempat penyimpanan terapung untuk jenis minyak Rusia," ungkap sumber Reuters, Sabtu (27/1/2024).