"Desain agendanya di situasi yang sebelumnya tidak perang, sekarang tugasnya adalah menyelaraskan agar tema tetap relevan sementara kita bisa mengantisipasi dampak dari perang. Karena ada perang, (temanya) bisa relevan, tapi situasinya harus diadjust. Tapi kalau kita bisa hentikan perang, berarti relevan. Masalahnya kita memaksa untuk menghentikan perang, tidak semua negara ada di G20, makanya kita mendekati PBB juga," paparnya.
Edi melanjutkan, Sherpa Track saat ini berusaha mencari konsensus penyelesaian dari dampak krisis akibat dampak perang, baik dari sektor pangan dan energi. Bahkan, dia menegaskan bahwa karakteristik dari perang pun berbeda dengan bencana alam.
"Kapan berhentinya bencana alam tidak bisa kita prediksi, perang sebenarnya bisa. Maka peran kita sekarang adalah menyuarakan supaya perang berhenti, yang sebelumnya sudah disuarakan G7. Mereka sudah sampaikan, dan mereka berharap di G20 disuarakan hal yang sama," pungkasnya. (TYO)