sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Soroti Tarif Resiprokal AS, HIPMI Sebut Ancaman Serius Bagi Ekonomi

Economics editor Suparjo Ramalan
03/04/2025 17:21 WIB
HIPMI menilai kebijakan reciprocal tariff alias tarif resiprokal yang ditetapkan Trump sebagai ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global.
Soroti Tarif Resiprokal AS, HIPMI Sebut Ancaman Serius Bagi Ekonomi. (Foto: MNC Media)
Soroti Tarif Resiprokal AS, HIPMI Sebut Ancaman Serius Bagi Ekonomi. (Foto: MNC Media)

Selain itu, HIPMI menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dengan mempercepat negosiasi dagang dengan Uni Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Dengan adanya ketidakpastian hubungan dagang dengan AS, mencari alternatif pasar ekspor menjadi langkah krusial agar Indonesia tidak bergantung pada satu negara. 

“Kita tidak bisa terus berharap pada satu pintu perdagangan saja. Dunia berubah, dan kita harus memastikan ekspor kita punya banyak jalur agar tetap bertahan,” kata dia.

HIPMI juga mendesak pemerintah untuk mengambil langkah diplomasi perdagangan yang lebih agresif dalam menjaga hubungan dagang dengan AS. Salah satu strategi yang disarankan yaitu memperkuat peran sektor swasta dan diaspora Indonesia di AS dalam upaya membuka jalur negosiasi yang lebih fleksibel. 

“Jangan hanya mengandalkan negosiasi formal antarnegara. Perusahaan swasta dan komunitas bisnis Indonesia di AS bisa menjadi jembatan penting dalam meredakan dampak kebijakan ini,” kata Anggawira.

Selain peran pemerintah, HIPMI menilai dunia usaha juga harus lebih inovatif dalam menghadapi tantangan global ini. Peningkatan efisiensi produksi, adopsi teknologi digital, serta penguatan rantai pasok lokal menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing di tengah ketidakpastian global. 

“Kita tidak boleh hanya bersikap defensif. Ini saatnya dunia usaha mengambil langkah proaktif dengan strategi adaptif agar tetap bisa bersaing,” tutur dia.

Ke depan, HIPMI menegaskan ketahanan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan respons dalam menghadapi kebijakan proteksionisme seperti ini. 

“Jika kita lambat bertindak, kita hanya akan menjadi korban dari kebijakan negara lain. Indonesia harus menunjukkan ketangguhan ekonomi dengan kebijakan yang cerdas, cepat, dan berorientasi pada solusi nyata,” kata dia.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement