"Perbankan misalnya, meskipun sudah lama memberikan layanan berbasis internet, sekarang harus melakukan inovasi, memberikan layanan melalui platform digital. Kita semuanya pasti ingat, revolusi industri yang pertama memiliki ikon mesin uap dari James Watt, yang menjadi pemicu perubahan yang sungguh luar biasa di dalam seluruh kehidupan manusia," jelas Sri.
Tak hanya itu, Alessandro Volta, Michael Faraday, dan Thomas Alva Edison adalah para penemu di bidang kelistrikan yang menandai revolusi industri jilid kedua. Inovasi mereka telah mengakselerasi perkembangan industri dan mengubah peradaban dunia. Di abad ke-20, revolusi industri jilid ketiga bermula dengan ditemukannya mesin hitung di masa Perang Dunia, yang menjadi alat untuk memproses data yang saat ini dikenal sebagai komputer.
"Microsoft dan Apple adalah nama yang menjadi mercusuar dari perkembangan komputer pada level berikutnya. Saat ini, kita sering berbicara soal revolusi industri jilid keempat, yang ditandai dengan internet of things, big data, dan artificial intelligence (AI)," papar Sri.
Kecanggihan teknologi internet of things ada pada interkoneksi yang berkesinambungan antara alat elektronik dengan internet, dan secara otomatis juga menjalankan berbagai perintah sesuai program yang diinginkan oleh user.
Contohnya, kita bisa mengoperasikan pendingin ruangan, komputer, printer, lampu, dan bahkan peralatan elektronik lainnya hanya dengan suara atau isyarat tertentu. Ini dimungkinkan dengan basis data yang ada diolah dengan logika AI sehingga dapat menghasilkan perintah secara otomatis.
"Tentu kita memahami bahwa teknologi menghadirkan peluang dan membantu meningkatkan efisiensi serta kualitas. Namun kita juga memahami bahwa teknologi juga berpotensi menimbulkan risiko besar, distorsi, disrupsi, sebagai contoh risiko penggunaan big data yang mensyaratkan adanya pelindungan yang kuat dan memadai terhadap privasi.”