“Tak hanya itu, machine learning juga bisa menciptakan situasi di mana komputer menunjukkan keanehan data yang tidak mewakili pola di dunia nyata, atau model tidak cukup kompleks untuk menangkap pola dalam data dan realita," tambah Sri.
Menghadapi perubahan digital yang luar biasa, pihak Kemenkeu juga menerapkan perubahan-perubahan internal. Saat ini, pihaknya menerapkan paperless administration, dan juga sedang mengembangkan platform digital untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis, dari mulai tata persuratan, administrasi kantor, hingga pelayanan kepada pihak eksternal.
Penggunaan office automation dan cash management system dari Direktorat Jenderal Pembendaharaan, dan Indonesia National Single Window adalah berbagai contoh di mana Kemenkeu memudahkan proses transformasi digital di Kemenkeu untuk menjadi lebih baik dalam pelayanan.
"Kita juga terus memperbaiki dengan membuat berbagai terobosan, termasuk di dalamnya penggunaan teknologi digital yang dapat menghemat anggaran secara signifikan. Banyak pertanyaan muncul di benak kita, apakah teknologi digital merupakan kawan, atau lawan? Merupakan kesempatan atau ancaman?," ungkap Sri.
Dia menilai, arah teknologi digital ini tergantung bagaimana manusia dan bangsa memposisikan, menggunakan, dan meningkatkan kemampuan, serta memanfaatkannya. "Jika tidak bisa melawannya, maka jadikanlah kawan. Itulah sikap kita yang seharusnya dalam menghadapi arus perubahan akibat teknologi digital," tandasnya Sri.
(FRI)