Negara-negara tersebut, Kata Sri Mulyani, meminta agar transisi itu dilakukan secara hati-hati. Sedangkan di sisi lain, jika ingin melakukan transisi energi hijau, bukan saja terkait subsidi, tetapi juga masalah pendanaan untuk mempensiunkan batu bara maupun dalam rangka investasi renewable energy (energi terbarukan).
"Maka kalau kita lihat dari Pittsburgh pertama kali di tahun 2009, waktu itu Amerika Serikat (AS) pertama kali jadi tuan rumah, di mana mereka menyebutkan dan merasionalisasi subsidi-subsidi yang tidak targeted, dan bagaimana kita bisa meningkatkan akses energi, terutama mereka yang masih kelompok miskin dan tertinggal, dan pada saat yang sama mengurangi emisi energi," papar Sri.
Itu semua, sebut dia, menjadi hal yang terus dicari keseimbangannya. Untuk Energy Transition Mechanism (ETM) pun, Indonesia mendapatkan dukungan yang sangat kuat.
"Kita sudah desain facing out coal, kita mendapatkan pendanaan dari Climate Investment Fund USD500 juta, Just Energy Transition Partnership (JETP) ada USD20 miliar yang berasal dari berbagai sumber yang bisa digunakan atau didedikasikan dalam rangka untuk transisi energi. Ini semua satu paket," pungkas Sri. (NIA)