Negara lain yang butuh waktu lama dalam pengembangan hilirisasi adalah Australia yakni 65 tahun atau sejak sejak 1960-an. Negeri Kangguru berhasil menjalankan hilirisasi dari bijih besi menjadi produk baja, kemudian mengolah bauksit menjadi alumina dan aluminium, kemudian mengolah nikel menjadi nikel matte, tembaga menjadi kawat dan lembaran tembaga, dan batu bara menjadi kokas dan bahan kimia.
Perjalanan hilirisasi di Australia yang diawali pada tahun 1965 dimulai dengan pembangunan babrik baja, alumina dan tembaga, kemudian di tahun 1970-an berhasil membangun pabrik kokas dari batubara dan tahun 1980 melakukan diversifikasi ekspor mineral. Kemudian, pada 1990 Australia mengembangkan industri berbasis logam seperti otomotif dan di tahun 2000-an hingga sekarang melakukan ekspansi tambang diikuti pengembangan baterai lithion.
"Ada contoh sukses, tetapi ada juga tantangan yang dihadapi. Seperti di Zambia yang mulai hilirisasi sejak tahun 60-an, mereka mencoba mengembangkan pertambangan tetapi terhambat terbatasnya investasi, dan infrastruktur yang tidak memadai," ucap Carmelita pada acara Indonesia Mining Summit 2023 di Nusa Dua Bali, Selasa (10/10/2023).
Beberapa hambatan lain pengembangan hilirisasi di Zambia adalah kebijakan yang tidak konsisten, kurangnya dukungan insentif, hambatan birokrasi, dan tidak maksimalnya pengembangan sumber daya dan cadangan yang dimiliki.