Di sisi lain, impor justru mengalami kontraksi 5,86 persen YoY pada Juli, berbalik dari pertumbuhan 4,28 persen pada Juni.
Penurunan ini menandai kontraksi pertama dalam enam bulan terakhir, dipicu lemahnya permintaan domestik serta normalisasi persediaan industri. Impor barang setengah jadi juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan setelah periode penimbunan sebelumnya.
Ke depan, Samuel Sekuritas memperkirakan neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus solid di kuartal III-2025. Hanya saja, sumber pertumbuhannya akan lebih bergeser.
Sementara pemulihan impor diperkirakan berlangsung bertahap menjelang akhir kuartal III hingga kuartal IV-2025, seiring peningkatan konsumsi domestik dan stimulus fiskal, termasuk program MBG dan belanja infrastruktur berbasis Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara.
Meski outlook positif, sejumlah risiko eksternal tetap membayangi, mulai dari perubahan kebijakan AS, penguatan dolar AS yang berpotensi menekan biaya impor bahan baku, hingga melemahnya permintaan dari China dan Eropa.
(DESI ANGRIANI)