sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tak Hanya Rusia-Ukraina, Akankah Panas Dingin AS-China Berlanjut di KTT G20?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
08/11/2022 15:37 WIB
Konflik antar negara G20 tak hanya terjadi antara Rusia dan Ukraina, melainkan juga antara AS dan China.
Tak Hanya Rusia-Ukraina, Akankah Panas Dingin AS-China Berlanjut di KTT G20? (Foto: MNC Media)
Tak Hanya Rusia-Ukraina, Akankah Panas Dingin AS-China Berlanjut di KTT G20? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa pihaknya akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 .

Dilansir melalui CNA, dalam acara yang diselenggarakan pada 15-16 November 2022 di Bali, Joe Biden menegaskan akan menunjukkan pengaruh negaranya secara global lewat perhelatan terbesar di ASEAN tersebut. 

Biden juga akan dihadapkan dengan tantangan kebijakan luar negeri yang harus diambil dalam dua tahun pertama masa jabatannya. Salah satunya adalah tantangan ekonomi global. 

KTT G20 tahun ini akan berlangsung di hotel The Apurva Kempinski, Nusa Dua. KTT G20 Bali dijadwalkan akan berlangsung di kawasan Nusa Dua, Bali pada 15—16 November 2022. Perhelatan ini merupakan acara puncak dari rangkaian pertemuan di bawah presidensi G20 Indonesia.

Dalam lawatannya ini, Biden juga mengagendakan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping yang bulan lalu memenangkan masa jabatan ketiga sebagai pemimpin Partai Komunis China.

Biden juga dikabarkan akan mencoba untuk meyakinkan negara-negara anggota G20 yang hadir bahwa Amerika Serikat berinvestasi di kawasan itu pada saat China juga meningkatkan pengaruhnya.

Dimensi Lain Ketegangan Geopolitik

Ketegangan geopolitik sebenarnya sudah terjadi antara China dan AS sebelum pecahnya perang Rusia-Ukraina yang cukup menggegerkan dunia.

Dua negara adidaya ini memiliki rekam jejak konflik ekonomi hingga militer yang cukup panjang.

Sebut saja saat perang dagang tahun 2018. Bermula di era kepemimpinan presiden Donald Trump, perang dagang dimulai karena Trump kesal dengan neraca perdagangan negaranya yang selalu tercatat defisit dengan China.

Terlihat neraca dagang AS ke China memang selalu deficit bahkan angkanya terus melebar hingga tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

Tepat pada 22 Januari 2018 perang tarif ini akhirnya dimulai. Presiden yang terkenal dengan slogan Make America Great Again (MEGA) ini memilih langkah proteksionisme untuk memperbaiki neraca perdagangan AS.

Trump memutuskan untuk menaikkan bea masuk impor barang-barang China seperti panel surya dan mesin cuci. Kenaikannya masing-masing menjadi 30% dan 20%.

Selain itu, bea masuk baja naik sebesar 25% dan aluminium 10% pada Maret 2018.

China tak mau kalah dengan ikut menaikkan tarif produk daging babi dan skrap aluminium milik AS sebesar 25%. Adapun Beijing juga memberlakukan tarif 15% untuk 120 komoditas AS lainnya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement