Menurut kaca matanya, dari semua ini yang dirugikan adalah masyarakat luas, karena daya belinya menjadi rendah. Logikanya, saat harga beli meningkat tapi tidak diimbangi dengan kemampuan ekonomi maka daya belinya jadi menurun.
Lebih lanjut, ia berpendapat, kelangkaan BBM bersubsidi ini perlu check and recheck. Karena diduga ada penyelewengan dari sektor industri. Misalnya, industri kelapa sawit dan pertambangan membeli solar yang bersubsidi itu.
"Jika dilihat, pangsa pasar BBM subsidi sebanyak 93 persen, 7 persen sisanya adalah BBM nonsubsidi yang dijual dengan harga keekonomian. Karena berdasarkan data yang ada, penjualan BBM nonsubsidi menurun, sementara penjualan BBM subsidi meningkat," tutup Arief. (TSA)