SKK Migas bersama operator baru yakni Pertamina Hulu Rokan (PHR) kemudian bekerja sama untuk meningkatkan produksi di WK Rokan. Ini dibuktikan dengan meningkatnya program pengeboran di WK tersebut, yaitu sebanyak 413 sumur pada tahun 2022, meningkat menjadi 497 sumur pada tahun 2023, dan direncanakan mencapai 575 sumur pada tahun 2024.
"Masifnya pengeboran di WK Rokan menunjukkan komitmen SKK Migas dan PHR untuk terus menggali potensi WK Rokan demi mendukung peningkatan produksi migas nasional," kata Hudi.
Apalagi di WK Rokan belum ada temuan cadangan baru, sehingga produksi masih bergantung pada cadangan lama, yang berdampak pada belum adanya peningkatan produksi yang signifikan.
"Untuk itu, kami bersama PHR terus mengupayakan kegiatan eksplorasi yang masif di WK Rokan," lanjutnya.
Sementara itu, di WK Cepu juga mengalami penurunan produksi alamiah selama periode 2020-2022. "Langkah kami untuk menahan laju penurunan ini adalah dengan melakukan High Rate Test atau uji produksi maksimal, sehingga penurunan produksi WK Cepu dapat ditekan," ujar Hudi.
Kedepan, SKK Migas bersama ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) akan merealisasikan proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC), yang diperkirakan mampu meningkatkan produksi sebesar 16.000 BOPD (barel minyak per hari) dan akan mulai onstream pada Agustus 2024.
Selain melakukan upaya-upaya tersebut, SKK Migas juga terus meminta dukungan dari pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah demi kelancaran operasi KKKS.
"Salah satu dukungan penting adalah dukungan perizinan, karena kami masih menghadapi sulitnya proses pembebasan lahan untuk melakukan pengeboran. Dampaknya, apabila pengeboran mundur, produksi juga akan turun," katanya.
(FRI)