Yushernawan, pemilik lahan yang menyewakan kepada PT DHD, mengatakan awalnya program bisnis ini berjalan lancar sejak tahun lalu.
"Pada tahun sebelumnya lancar saja, disini total ada 900 kolam dan berisi semua. Total lahan disini 6 hektare, namun yang disewa mereka 2 hektare," katanya.
Awal mula gejolak atau macet investasi ini dimulai bulan Januari lalu. Namun, para masyarakat mulai protes baru sekitar bulan Juni 2021 lalu. "Ya, saya tidak tau masalahnya apa, karena pihak manajemen tidak pernah cerita," ujarnya.
Salah satu korban berinisial KJ, saat dihubungi menjelaskan, untuk korban sampai saat ini mencapai lebih dari 200 orang. Semua itu, terhimpun dari grup WhatsApp khusus yang berinvestasi di PT tersebut.
"Kalau untuk total kerugian mencapai hingga ratusan juta rupiah, bahkan bisa disebut mencapai miliaran rupiah," tandasnya.