sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tertimbun Material Vulkanik Semeru, Ribuan Ton Cabai Gagal Panen

Economics editor Avirista M/Kontributor
11/12/2021 10:13 WIB
Tidak hanya memakan korban dan materi, erupsi Gunung Semeru juga membuat para petani terpaksa gigit jari.
Tertimbun Material Vulkanik Semeru, Ribuan Ton Cabai Gagal Panen. (Foto: MNC Media)
Tertimbun Material Vulkanik Semeru, Ribuan Ton Cabai Gagal Panen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Tidak hanya memakan korban dan materi, erupsi Gunung Semeru juga membuat para petani terpaksa gigit jari. Sebab, sejumlah lahan cabai yang berada di Desa Supiturang Pronojiwo mengalami gagal panen akibat tertimbun material vulkanik

Poniman, warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang mengungkapkan, ladang cabainya seluas dua hektar hancur terpendam material erupsi Gunung Semeru. Padahal cabai-cabainya sebenarnya tengah bersiap panen dalam beberapa hari ke depan.

"Semuanya terpendam hancur, padahal sudah mau panen, tinggal beberapa hari ke depan, tapi malah kena (erupsi gunung) Semeru," kata Poniman, saat ditemui di Dusun Umbulan RT 10 RW 4 Desa Supiturang, pada Sabtu pagi (11/12/2021).

Poniman menambahkan begitu sedih melihat kebun cabainya gagal panen karena harga cabai tengah laku tinggi. Apalagi selain kehilangan ladang cabainya, dia juga harus kehilangan dua ekor sapi miliknya yang terkubur material erupsi.

"Harganya pas masih laku tinggi, mau dipanen habis, ya mau gimana lagi. Sekarang semuanya habis, cabai habis, sapi dua ekor mati, empat rumah yang ditempati keluarga besar juga kekubur," tuturnya.

Apa yang dialami Poniman, juga dialami oleh Musripah menyatakan, kesedihannya setelah hampir tiga hektar kebun cabainya tertimbun material erupsi. Ia menunjukkan kebun cabai rawitnya tak jauh dari rumah yang terkubur.

Perempuan berusia 53 tahun ini bercerita, bahwa bagian bawah yang dipasang garis polisi dulunya adalah perkebunan dan persawahan milik warga. Tetapi kini area perkebunan warga itu semuanya berubah tertimbun material dengan kedalaman mencapai 30-50 meter.

"Ini dulunya enggak segini (kedalamannya) dalam terus ini area perkebunan sekarang jadi terkubur. Semuanya hancur termasuk cabai saya," ungkap dia.

Dirinya menuturkan, pada Sabtu paginya ia sempat melihat kebunnya dan memprediksi akan panen dalam waktu dua tiga hari ke depan. Beberapa cabai bahkan telah ranum dan siap dipetik sehingga ia memutuskan memetiknya terlebih dahulu.

"Ada yang sudah dipanen tapi nggak banyak, karena masih ada yang di pohonnya. Jadi sudah hijau-hijau siap panen, tapi enggak tahunya kena (letusan) Semeru," ucap Musripah, sambil sesekali mengelap air matanya dengan jilbab yang ia kenakan.

Penderitaannya kian bertambah lantaran hewan ternak miliknya juga terkubur, total ada empat ekor sapi miliknya mati dan masih terkubur material erupsi. "Sudah enggak punya apa-apa sekarang, menyelamatkan diri cuma bawa baju yang dipakai itu. Selamat sudah Alhamdulillah, saya masih takut kalau ingat kejadiannya ngeri, kayak mau kiamat saat itu," kisahnya.

Musripah dan Poniman, menjadi dua dari sekian ratus warga Dusun Umbulan yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Hampir setiap hari pasca erupsi mereka pulang dari pengungsian di SDN Supiturang 4 melihat kondisi rumahnya. Padahal rumahnya sudah tak lagi berbentuk lantaran tersisa bagian atapnya saja.

"Kepengen lihat saja, pengen gitu rasanya punya rumah lagi, tapi kalau di sini nggak mungkin, sudah enggak berani. Kalau punya tempat tinggal sendiri kan enak, pengen cepat dapat rumah untuk memulihkan perekonomian," tandas Poniman kembali.

Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021 dan mengeluarkan awan panas guguran (APG) mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kurang lebih pukul 15.20 WIB.

Kawasan Umbulan di Dusun Sumbersari terdampak letusan Gunung Semeru cukup parah. Tercatat ada 20 hektare lahan pertanian yang rusak dan puluhan rumah mengalami rusak berat. Selain itu, ratusan warga juga harus mengungsi akibat bencana tersebut.

Akibat letusan Gunung Semeru ini tercatat hingga Sabtu pagi ada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 45 warga meninggal dunia. Selain itu sebanyak 104 orang terluka, rinciannya 32 warga luka berat dan 82 warga luka sedang serta ringan, dimana mayoritas mengalami luka bakar.

Para warga ini dirawat di empat fasilitas kesehatan di Kabupaten Lumajang seperti RSUD dr. Haryoto, RS Bhayangkara Lumajang, RS Pasirian, Puskesmas Penanggal, Puskesmas Candipuro, dan beberapa puskesmas lainnya.

Sementara sebanyak 6.573 warga dilaporkan mengungsi di 124 titik pengungsian, yang terbagi 24 pengungsian terpusat dan sisanya 102 titik merupakan pengungsian mandiri atau lokasi kerabat warga terdampak. (TYO)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement