Menko Luhut menyampaikan kerabatnya di Tiongkok ingin menyumbang untuk penanganan Covid-19 di Indonesia, sehingga kita bisa memperoleh lebih banyak reagen.
“Satu lab saat itu saya kira bisa menerima 30-50 ribu reagen PCR dan ekstraksi RNA untuk melakukan test ini. Setelahnya, kami minta lab-lab tersebut harus bisa mandiri. Kita tidak bisa men-support seterusnya karena donasi yang terbatas," paparnya.
Adpun alasanya menceritakan kronologi ini Pertama, saya ingin menceritakan bagaimana susahnya situasi dan keterbatasan test PCR saat itu.
“Kedua, banyak pihak yang bergotong royong untuk membantu pemerintah meningkatkan kapasitas PCR saat itu, Dan kemudian terjadilah kehebohan setelah liputan pemberitaan itu keluar. Tuduhannya adalah mengenai kebijakan kewajiban PCR bagi pesawat yang diberlakukan beberapa Minggu yang lalu hanya menguntungkan Pak Luhut dan Pak Erick secara pribadi,” pungkasnya. (RAMA)